Senin, 02 Desember 2013

Di Angka Berapa Rupiah Dikatakan Aman?



Di Angka Berapa Rupiah Dikatakan Aman?

Jakarta -Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terus bergerak liar menghempas rupiah hingga level Rp 12.000. Kondisi seperti ini dinilai bahaya bagi perekonomian Indonesia.

Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti menilai, kondisi nilai tukar rupiah saat ini sudah melampaui batas. Tidak menutup kemungkinan jika dibiarkan akan terus melemah.

"Kalau sekarang sudah di angka Rp 12.000 itu sudah overshoot, ini bahaya. Kalau terus-terusan begini, ekspektasi akan liar. Harus ada yang meredam," kata Destry saat acara Diskusi Para Ekonom Perbankan di Gedung BRI 1, Jakarta, Senin (2/12/2013).

Dia menjelaskan, dengan kondisi ekonomi Indonesia saat ini, angka yang paling aman untuk rupiah berada di kisaran Rp 11.600-11.700 per dolar AS.

"Sebenarnya kalau dihitung-hitung, rupiah di level Rp 11.600-11.700 sudah pas dengan kondisi fundamental kita," kata dia.

Lebih jauh Destry menjelaskan, perlu ada kebijakan lain selain kebijakan moneter dalam rangka menekan curent account defisit dan mengembalikan Rupiah pada level yang aman untuk mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia. Bahkan, perlu ada kebijakan yang komprehensif

"Kita lebih ngeliat ke sentimen current account defisit (CAD) trennya menurun. CAD kita dengan India hampir sama, dengan rupiah di angka itu kita bisa punya daya saing dengan barang ekspor," terangnya.
Destry menambahkan, sektor riil perlu digenjot untuk bisa mengembalikan keperkasaan rupiah. Menurutny, defisit terjadi karena investasi tinggi sekali tapi infrastruktur seperti industri pengolahan tidak didukung dengan baik sehingga angka impor tinggi. Hal ini bisa menekan rupiah.

"Solusi jangka pendek mungkin dari sekor riil, contohnya konversi energi perlu serius agar impor migas tidak terlalu tinggi," tandasnya.

Rupiah Tertekan Tingginya Inflasi

Ketergantungan Indonesia pada impor dinilai masih cukup tinggi hingga 70%. Hal ini memungkinkan akan mengerek angka inflasi saat para importir menaikkan harga.

Ekonom BRI Aviliani menyebutkan jika pelemahan rupiah bisa berdampak pada tingginya angka inflasi karena Indonesia masih tergantung impor hingga 70%.

"Kalau para importir kemudian menaikkan harga barang makanan-makanan impor, akan berdampak pada inflasi," ujar Aviliani pada kesempatan yang sama.

Dia menjelaskan, melebarnya angka inflasi ini diibaratkan sebagai lingkaran setan, jika salah satu menaikkan harga akan berdampak pada yang lainnya.

"Sebanyak 70% kita ketergantungan impor di mana dia akan berkontribusi terhadap inflasi. Jadi ini kayak lingkaran setan, satu kena, kena semua," jelasnya.

Aviliani menyebutkan, untuk bisa mengerem angka impor perlu dikembangkan industri di sektor riil seperti industri kreatif. Namun, saat ini keberadaan industri kreatif dinilai masih kecil, maka itu perlu didorong.

"Kita harus pilih industri kreatif tapi ini nilainya masih kecil jadi harus didorong," ujarnya.

SUMBER : DETIK.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar